Penandatanganan akta
perdamaian dalam rapat senat Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon mengakhiri
kekisruhan di lembaga perguruan tinggi ternama di Maluku. Dihadapan perwakilan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (Kemendikbudnas) semua pihak berkomitmen
menghentikan segala polemik.
Dibalik tercapainya
akta perdamaian tersebut, Sosok yang turut berperan aktif dalam upaya
meredamkan polemik dan menciptakan suasana harmonis diantar semua pihak.
Saat ditanya, Ketua
komisi pemilihan rektor (KPCR) Unpatti,
Prof.Dr. Aholiab Watloly,M.Hum mengatakan, tercapainya akta perdamaian
merupakan alhasil dari pergumulan keras dan berat semua pihak yang bermuara
pada keheningan hati. ”Kesepakatan ini terlahir dari sebuah proses yang keras
dan berat namun berakhir damai,”
ujarnya.
Menurut Watloly, dalam
rapat senat Unpatti yang digelar Jumat pekan kemarin, tersirat suatu kondisi
dimana terjalin hubungan yang mendalam antara sesama anggota senat sehingga
dalam prosesnya tercapai kesepakatan damai
dan sangat posiif bagi civitas
akademika Unpatti.
Kesepakatan yang
tercapai tentu meletakan tonggak sejarah
bagi kepemimpinan baru Unpatti kedepan. Unpatti harus dibangun dengan jiwa
kekeluargaan, keterbukaan, kejujuran dan
jiwa keikhalasan untuk saling memaafkan.
Akta perdamaian yang
telah disepakati meratakan jalan hati dan pikiran bersama untuk
memenangkan Unpatti sebagai pusat peradaban dan pusat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menjadi pusat kebanggan dan pusat kebaikan (centre of exelence).
Tercapainya kesepakatan itu, kata Watloly, akan
menguji berbagai argument yang selama ini ada, apakah semua demi kepentingan Unpatti atau sebaliknya,
hanya demi kepentingan individual. Akta perdamaian itu akan melestarikan perdamaian di bumi
Hotumesse. (G05)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar